Tampilkan postingan dengan label jalan-jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jalan-jalan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 Februari 2013

Tambang Timah dan Kerusakan Alam Pulau Bangka

Tiba-tiba saja kangen masa-masa KKN beberapa bulan yang lalu di Desa Kulur Ilir, Kabupaten Bangka Tengah. Untuk mengobati rasa rindu, buka lagi foto-foto yang sempat diabadikan selama masa KKN.

Ada beberapa foto menarik yang memperlihatkan kerusakan alam di Pulan Bangka akibat kegiatan tambang timah dan penanaman kebun sawit. Foto ini diambil diatas pesawat ketika kami menuju Pulau Bangka.

Kegiatan tambang timah dilakukan dengan menggali lapisan tanah yang meninggalkan bekas berupa lubang-lubang besar. Tambang timah di Bangka sudah sangat lama, mungkin sejak zaman kolonial sudah berlangsung penambangan timah. Tambang- tambang tua yang telah ditinggalkan ada yang menjadi cekungan yang menampung air seperti danau. Ada juga tambang yang kecil membentuk kolam yang biasa disebut "kolong" oleh masyarakat setempat. Kolong ini kerap dimanfaatkan sebagai sumber air untuk mandi dan mencuci, seperti yang terdapat di desa tempat kami KKN.

Untungnya kesadaran akan kerusakan alam oleh kegiatan penambangan timah yang tidak memperhatikan lingkungan sudah muncul di pemerintah kabupaten Bangka Tengah, tempat kami KKN, dimana pemerintah kabupaten tidak mengizinkan dilakukannya penambangan di daerah kabupaten tersebut.

Berikut foto-foto kerusakan alam yang ditimbulkan oleh kegiatan tambang timah yang tidak ramah lingkungan.







Senin, 20 Februari 2012

Separo Jalan Menuju Tawangmangu

Pada detik-detik terakhir berakhirnya liburan ingin sekali rasanya menikmati liburan dengan berwisata ke tempat yang sedikit jauh. Awalnya sudah merencanakan ke Kota Solo, namun ada yang ngajak ke Tawangmangu ya ikut saja, sepertinya lebih menarik.

Perjalanan dengan rekan-rekan asrama seperti biasa langsung berjalan tanpa banyak perencanaan. Usulan itu muncul sore hari, kemudian malamnya kami langsung berangkat. Kami berangkat sekitar jam 11 malam. Kalau dipikir-pikir aneh juga, perjalanan macam apa yang akan kami lakukan dengan berangkat larut malam dan harus pulang esok pagi, apalagi dengan jauhnya jarak yang akan ditempuh. Tapi itu tidak masalah, yang penting hepi.. hehehe.. Kami pun pergi dengan bersemangat.
Perjalanan jogja - tawangmangu kami tempuh dengan mobil biasa dengan muatan yang overload, mobil yang seharusnya berpenumpang 9 orang kami isi jadi 11 orang. Kondisi ini tentunya kurang nyaman bagi kami karena mobil jadi terasa sempit sekali, begitu juga bagi mobilnya yang sudah tua dan harus membawa muatan berlebih.

Awalnya perjalanan kami lancar-lancar saja, dengan penuh semangat kami menuju kawasan perkemahan yang terletak sebelum tawangmangu. Namun jalan kecil menuju perkemahan sedang diperaiki dan tak bisa kami lewati. Kondisi ini tak kami duga sebelumnya. Setelah berpikir sejenak akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju tempat perkemahan lain ke arah tawangmangu, berharap kami akan segera menemukan tempat untuk menginap karena sudah larut malam.

Di kawasan kaki gunung lawu ini medannya cukup sulit, tanjakan-tanjakan curam adalah tantangan terbesar. Untuk sementara waktu kami terus melawan tanjakan curam tersebut, namun tanjakan yang tidak kunjung habis membuat kami berpikir ulang karena mempertimbangkan mobil yang sepertinya terlalu lelah membawa kami yang sangat banyak ini. Akhirnya kami pun memutuskan balik arah, mencari tempat kosong disepanjang jalan yang memungkinkan kami berkemah. Pilihan jatuh di pekarangan Masjid Al - Furqan di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu.

Hanya beberapa jam kami bisa tidur, menjelang subuh jama'ah masjid mulai berdatangan dan kami juga tidak enak kalau tetap tidur, akhirnya kami bangun dan shalat subuh berjamaah dengan mereka. Menjelang pagi suhu udara masih dingin, dari timur dibalik bukit mulai muncul cahaya. Sementara rekan-rekan yang lain melanjutkan tidur kembali, saya coba berkeliling di sekitar masjid, dan ternyata pemandangannya sungguh indah, terdapat sejumlah penduduk yang menyapu dan bersih-bersih lingkungan mereka, saya kira ini seperti gotong royang yang mereka lakukan setiap pagi.

Perjalanan kami lanjutkan menuju Candi Perawan dan air terjun yang terletak tidak jauh dari situ. Kendala serupa muncul kembali, hampir saja kami sampai, tinggal setengah kilometer lagi, namun kami kembali harus berbalik arah, tak sanggup melawan tanjakan-tanjakan curam yang menghadang. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke jogja. Wisata kali ini jadinya seperti wisata religi.