Sifat manusia bermacam-macam, secara umum dapat dikategorikan menjadi dua saja, baik dan buruk. Yang menilai seseorang bukanlah dirinya sendiri, melainkan orang lain. Lalu apa yang dilakukan seseorang ketika menilai seseorang yang lain. Adalah mereka menilainya dan berkesimpulan sendiri, ada juga yang menilai dan mendiskusikan dengan orang lain yang kurang lebih seperti menggunjing.
Apa-apa saja yang dibicarakan mengenai seseorang, pastilah mengenai fisik dan kepribadiannya. Kalau secara fisik, itu adalah anugerah dari yang kuasa, seharusnya tidak ada yang boleh mencaci. Meski pun demikian kepribadian seseorang juga tidak boleh kita caci, kalau memang kurang baik sebaiknya diberikan saran-saran agar iya menjadi lebih baik.
Umumnya orang akan lebih banyak membicarakan kejelekan seseorang dari pada kebaikannya, mengapa demikian? Ada banyak hal yang bisa menjadi alasan.
Manusia pada ketika dilahirkan adalah suci bersih tanpa noda dan dosa, ibarat seperti kertas putih. Selanjutnya dalam perkembangannya iya akan di warnai dengan tinta kepribadiannya. Anggaplah baik itu seperti tinta putih dan buruk itu seperti tinta hitam. Jelas sekali diatas kertas putih tinta hitam akan sangat terlihat. Seseorang ketika melakukan akan dianggap biasa saja dan sangat wajar demikian. Namun jika berbuat keburukan meskipun itu kecil akan terlihat dan itulah yang mengundang perhatian dari orang disekitarnya.
Hal lain yang menyebabkan orang lain membicarakan kejelekan seseorang mungkin untuk menutupi aibnya sendiri. Ketika ia membicarakan kejelekan orang dia mengira akan terlihat lebih baik karena pembandingnya adalah yang dikatakan jelek tadi. Bagi pandangan saya rasa akan ada dua kesimpulan mengenai ini. Ada yang setuju dan makin menjelekan orang tersebut dikarenakan kotornya hati, sedangkan bagi pendengar yang bijak, ini terlihat sebaliknya karena ia dapat menilai dari apa yang dibicarakan dengan kenyataan, dan menilai orang yang berbicara.
Hal pokok yang membuat ini terjadi dikarenakan lemahnya iman barangkali. Islam melarang keras umatnya membicarakan aib saudaranya, sehingga diibaratkan orang yang seperti itu seperti memakan bangkai temannya sendiri. Dan bagi yang bisa menyimpan dan tidak mempublikasikan aib saudaranya, Allah juga akan menutupi aibnya, dan mungkin saja itu jauh lebih besar dan lebih jelek.
Sedapatnya janganlah kita melanjutkan membicarakan orang lain, mungkin saja kita lebih buruk dari itu. Bayangkan bagaimana rasanya dibicarakan juga kejelekan kita. Ketika kita berbicara dengan orang lain mungkin ia akan berada di pihak kita dan setuju dengan apa yang kita bicarakan itu, namun dibelakang kita sangat mungkin itu adalah giliran kita yang dibicarakan. Alangkah lebih baik untuk memberi nasehat-nasehat daripada sekedar cerita lepas yang tidak bermanfaat.
Apa-apa saja yang dibicarakan mengenai seseorang, pastilah mengenai fisik dan kepribadiannya. Kalau secara fisik, itu adalah anugerah dari yang kuasa, seharusnya tidak ada yang boleh mencaci. Meski pun demikian kepribadian seseorang juga tidak boleh kita caci, kalau memang kurang baik sebaiknya diberikan saran-saran agar iya menjadi lebih baik.
Umumnya orang akan lebih banyak membicarakan kejelekan seseorang dari pada kebaikannya, mengapa demikian? Ada banyak hal yang bisa menjadi alasan.
Manusia pada ketika dilahirkan adalah suci bersih tanpa noda dan dosa, ibarat seperti kertas putih. Selanjutnya dalam perkembangannya iya akan di warnai dengan tinta kepribadiannya. Anggaplah baik itu seperti tinta putih dan buruk itu seperti tinta hitam. Jelas sekali diatas kertas putih tinta hitam akan sangat terlihat. Seseorang ketika melakukan akan dianggap biasa saja dan sangat wajar demikian. Namun jika berbuat keburukan meskipun itu kecil akan terlihat dan itulah yang mengundang perhatian dari orang disekitarnya.
Hal lain yang menyebabkan orang lain membicarakan kejelekan seseorang mungkin untuk menutupi aibnya sendiri. Ketika ia membicarakan kejelekan orang dia mengira akan terlihat lebih baik karena pembandingnya adalah yang dikatakan jelek tadi. Bagi pandangan saya rasa akan ada dua kesimpulan mengenai ini. Ada yang setuju dan makin menjelekan orang tersebut dikarenakan kotornya hati, sedangkan bagi pendengar yang bijak, ini terlihat sebaliknya karena ia dapat menilai dari apa yang dibicarakan dengan kenyataan, dan menilai orang yang berbicara.
Hal pokok yang membuat ini terjadi dikarenakan lemahnya iman barangkali. Islam melarang keras umatnya membicarakan aib saudaranya, sehingga diibaratkan orang yang seperti itu seperti memakan bangkai temannya sendiri. Dan bagi yang bisa menyimpan dan tidak mempublikasikan aib saudaranya, Allah juga akan menutupi aibnya, dan mungkin saja itu jauh lebih besar dan lebih jelek.
Sedapatnya janganlah kita melanjutkan membicarakan orang lain, mungkin saja kita lebih buruk dari itu. Bayangkan bagaimana rasanya dibicarakan juga kejelekan kita. Ketika kita berbicara dengan orang lain mungkin ia akan berada di pihak kita dan setuju dengan apa yang kita bicarakan itu, namun dibelakang kita sangat mungkin itu adalah giliran kita yang dibicarakan. Alangkah lebih baik untuk memberi nasehat-nasehat daripada sekedar cerita lepas yang tidak bermanfaat.
Membicarakan Kejelekan Orang lain